Kamis, 29 Maret 2012

Sekelumit tentang rumah ke dua

0 komentar
Ga kerasa sudah tiga tahun gue berada dimalang, sudah tiga kali pula gue pindah kosan. lu tau kenapa sebabnya? Ok, lu pasti ga tau. Alasannya sih simple, karena gue ga ngerasa nyaman ditempat gue yang sebelumnya. Kos pertama gue berjarak sekitar tiga ratus meter dari kampus gue, tempat yang sangat nyaman untuk beribadah karena didepannya berdiri kokoh sebuah mesjid yang juga jadi alarm gratis gue saat subuh tiba, tapi jangan ditanya berapa kali gue kesana, palingan juga bisa dihitung dengan jari gue dengan khusuk bersembunyi dari keramain di mesjid ini, itupun pas bulan ramadhan, artinya gue kesana cuma pas shalat taraweh dan subuh doang. Akhirnya ditempat ini gue cuma bisa bertahan tiga bulan, tempat kos yang serumah dengan pemilik kos menjadi alasan keidak betahan gue, apalagi jam malam ditempat ini cuma sampai jam 9, alhasil tiga bulan pertama gue lalui masa kuliah gue dengan sangat membosankan dimalam hari. FYI gue penderita insomnia akut pada masa itu, bawaan dari SMA. Protes dari pemilik kosan  ga gue dengerin, saat gue menggendong ransel kecil gue keluar kos "gue harus segera pindah"gue pikir. Lagi pula ke dua temen gue sejak SMA juga pindah, waktu itu gue mikir kalo hidup gue bakal kurang menyenangkan tanpa mereka, hanya mereka temen gue waktu itu.

Awal-awal masa pindah terasa sangat menyenangkan, kosan ini memberikan jawaban atas kebutuhan-kebutuhan gue. Tempatnya nyaman, bersih, fasilitas lumayan, tidak ada jam malam, kamar bisa sendirian, ada perpustakaannya lagi. Sempurna, apa coba yang kurang dari kosan baru gue ini???. Tapi kita tau didunia ini ga ada yang sempurna (tiba-tiba gue menjelma menjadi alien super bijak gitu). Perlahan-lahan suasana kosan gue mulai tidak menyenangkan, hidup serumah dengan orang dari berbagai daerah dan berbagai watak sering menimbulkan banyak kesalah pahaman dan perselisihan diantara kami. Menyebalkan memang, harusnya gue meikmati tempat yang seperti surga buat gue ini, tapi tidak. Ketidak akuran antar member kosan membuat suasana tidak nyaman.Salah seorang temen gue mulai berulah, pandai banget dia memainkan kami orang satu rumah plus pemilik kos dengan wajah "Manisnya", Kasarannya ada pengadu domba dirumah itu. Semua penghuni kos pasti tau kelemahan masing-masing, dan dia menggunakannnya dengan pandai. Akhirnya kejadian itu terjadi, kejadian yang kadang bikin gue nyesel sampe sekarang..

Pagi itu gue pulang jam 5 pagi, rasa penat karena sehari semalem mengikuti musyawarah tahunan sebuah club fotografi dikampus gue, menjadikan gue sangat merindukan kasur dan guling gue. Bayangan bahwa gue bakalan tidur nyenyak sempat bersinggah diotakku. Sesampainya dikos, temen-temen gue yang lain sudah beraktifitas pagi. Gue sapa mereka dengan senyum termanis gue. Dia sedang nyapu, sambil mendengarkan musikdari telivisi diruang tengah. Gue minta ijin untuk mengecilkan volume televisi,
Gue: Mbak, saya kecilin ya volumenya.
Dia: iya (sambil tetep nyapu)
Gue: (Masuk kedalam kamar, baru mau merebahkan diri, volume televisi nyaring lagi bahkan lebih keras daripada sebelumnya. Gue keluar kamar lagi. FYI kamar gue tepat disamping ruang tengah yang hanya terpisahkan triplek tipis, parahnya lagi tu tv nyandar alias nempel ditriplek itu). Mbak saya kecilin ya?? aku mau tidur soalnya, belum tidur semaleman.
Dia: Matiin ajah TVnya
Gue matiin tv trus masuk kamar lagi, belum berbaring dikasur gue denger si mbak diluar sedang ngomong. Dari dalem kamar gue nyaut
Gue: Apa mbak??Mbak ngomong sama saya a? (Gue keluar kamar)
Mbak: *&%^#$@!*^^&%$#$%^ (didepan kamar gue)
Saat pintu terbuka, didepan kamar gue. Ga kusangka dia mengayunkan sapu yang dipegangnya kekepala gue. Gue tangkis dia mencoba mencakar muka gue, gue tangkis lagi dia menjambak rambut gue. Dia berkali-kali memukul gue dengan sapu yang dia pegang, dan berkali-kali pula gue nangkis sambil mundur dan naik keatas kasur. Gue terpojok disana, teman2 kos gue mulai ribut mencoba memisahkan gue dan menariknya dari kamar gue. Herannya tiga orang teman gue yang lain ga mampu narik dia keluar dari kamar gue. Gue masih sibuk nangkis pukulan dia dikepala gue.

Bapak kos dateng, dia memanggil kita berdua kekediaman pribadinya untuk diinterogasi. MUka gue kucel banget lengkap dengan tampang kusutnya saking sebelnya gue. Dia menjawab semua pertanyanaan bapak kos dengan tangan manisnya, gue cuma menjawab pertanyaan bapak kos dengan seperlunya saja. Badan gue mulai terasa perih semua, beberapa bagian dari lengan dan muka gue tergores. Secara kuku dia kanan kiri panjang semua. Diakhir interogasi bapak kos menyuruh kita untuk bersalaman, aq menerima dengan setengah hati, dia menjabat tngan gue dengan tersenyum manis.

TO BE CONTINUED

Leave a Reply