Jumat, 27 April 2012

TELEVISI MINIM PEMBELAJARAN

0 komentar
                 Televisi adalah media massa yang jangkauannya sangat luas, Dijaman modern ini siapa sih yang tidak punya TV? Hampir semua orang memilikinya, bahkan dipelosok desa sekalipun. Melalui program – program yang ditayangkan televisi menyajikan banyak fungsi; sebagai media penyampaian informasi, hiburan, pendidikan, dan lain-lain. Fungsi itulah yang diharapkan dapat berimbang, selain menghibur program yang ditayangkan juga diharapkan mengandung edukasi atau pendidikan yang bisa diambil manfaatnya oleh masyarakat.
            Selain menjalankan fungsinya, televise juga melihat peluang pasar yang ada dimasyarakat karena peluang pasar berbanding lurus dengan kelangsungan program itu sendiri. Sehingga Program televisi yang ditayangkan berlomba-lomba menarik perhatian masyarakat, karena semakin banyak yang menonton acaranya maka rating yang diperoleh semakin tinggi. Rating tinggi berarti keuntungan yang diperoleh oleh televise tersebut juga tinggi. Trus bagaimana kalau televise hanya mementingkan rating?
            Nah mungkin itu yang terjadi sekarang, kenapa? Karena yang terjadi program TV sekarang ini tak lagi menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Harapan masyarakat bahwa TV dapat menjadi media hiburan sekaligus media edukasi semakin sulit didapatkan. Televisi hanya berlomba-lomba mendapatkan rating tertinggi, seperti saat ini ketika boy band dan girl band sedang disukai masyarakat, hampir seluruh acara music menayangkan itu bahkan acara music semakin bertambah, mulai dari pagi sampai malam hari ada saja acara music yang ditayangkan, tak ketinggalan produser yang sangat sadar dengan peluang pasar ini menyegerakan diri untuk bikin acara kompetisi boy band dan girl band (mungkin sebentar lagi banyak televise yang akan memprogramkan acara yang sama).
            Lalu pembelajaran seperti apakah yang akan diterima oleh masyarakat? apakah menjadi terkenal itu gampang? atau asal tampang oke, terkenal dan kaya dapat cepat didapat?. Bukankah hal seperti itu hanya menjual mimpi? Mungkin sebentar lagi anak-anak kecil tak lagi memimpikan “ kalo dah gede aku pengen jadi dokter, biar bisa nyembuhin orang sakit” dimasa depannya tapi berganti menjadi “kalau sudah gede ntar aku pengen jadi artis, biar cepet kaya”.
            Contoh lain, sebut saja sinetron. Hampir seluruh stasion televise memprogramkan acara ini. Parahnya, ceritanyapun kompakan karena hamper seluruhnya sama_memperebutkan harta, entah itu harta orang tua, harta mertua, bahkan harta orang lain yang tidak punya hubungan keluarga sedikitpun. Menghibur sih mungkin iya, (meski menurut saya pribadi sinetron malah bikin stress) tapi edukasinya dibagian mana? makna apa yang sebenarnya ingin disampaikan kepada masyarakat? Apakah “lebih baik ambil harta orang lain daripada kerja sendiri” ?.
            Selain itu sebenarnya masih banyak contoh-contoh program televisi yang  minim sekali dengan pembelajaran terhadap masyarakat. Tapi kesuksesan acara-acara tersebut juga tergantung dengan masyarakat, peran serta masyarakat terhadap kualitas program yang ditayangkan sangat besar, apakah tanyangannya sangat manfaat atau hanya menyajikan hiburan semata. Siapkah kita untuk memilah dan memilih program televise yang bermanfaat untuk kita tonton?

Leave a Reply